Kamis, 31 Oktober 2013

The Chronicle of Me and Puri Argenia *Part 3* (Trouble is a Friend)

Holaaa ketemu lagi! kemaren2 sempet ga posting dulu karena skr Puri Argenia lagi ribet2nya finishing. Tiap hari ada aja trouble baru, ditambah ortu yang tiap ada masalah, nanya solusi-nya ke saya. But still...i love u Mom...Di postingan sebelumnya sy udah share kan ya gimana kondisi Puri Argenia sebelum di bangun? Buat yang belom liat sy bikin versi collage-nya..


Itu cuma foto sebagian karena masih banyak lagi yg ga sempet difoto karena keburu pusing mikirin mau mulai darimana....yap! Itulah trouble pertama saya...sangking banyaknya yg kudu dikerjain jd bingung mau mulai darimana, dan darimana modal tambahan bisa saya dapat sesudah 50jt sbg modal awal ini habis nantinya. Ya..menyulap sebuah rumah tradisional tidak terurus menjadi sebuah villa dan guest house bukanlah perkara mudah. Kontraktor setempatpun banyak yang mundur bahkan mengajukan harga tinggi untuk restorasi rumah ini, karena "pr" nya emang luar biasa banyak. 

Setelah konsultasi sana sini, akhirnya saya memutuskan jalur yang lebih ekstrim......

Saya kerjain semua sendiri, tapi bukan saya yang nembok juga ya heheh...

Intinya saya ambil alih semua kerjaan disini, selain menjadi pimpinan proyek, bagian pengadaan barang, dan personalia. Saya juga megang bagian keuangan merangkap arsitek sekaligus owner dan CEO nantinya. Maruk amat semua bagian diambil?? bukan karena itu, tapi ini semata2 untuk efisiensi, saat itu saya belum sanggup menggaji karyawan kecuali tukang bangunan. Biaya bahan2 untuk membangun juga tidak murah sekarang ini, terutama semen, pasir, dan keramik yg harganya naik perlahan mengikuti harga kenaikan bbm. Kendala ga hanya sampai situ, banyak banget, lebih tepatnya  buuaannyaaaakk!! Tapi biar sedikit bisa membayangkan apa yang saya hadapi, saya bagi kesemua kendala itu kedalam beberapa bagian.

Kendala pertama:
Kendala paling pertama yang saya hadapi adalah mencari SDM alias tukang bangunan beserta asistennnya yang bias disebut laden sebanyak 10 pasang, celakanya karena saat itu banyak juga yang sedang membangun di Pangandaran, saya kalah start lebih dari 1 bulan. Alhasil, mayoritas tukang sudah memiliki pekerjaan di tempat proyeknya masing2..damn! Meski begitu, patah arang tidak ada dalam kamus saya...saya mencari hingga ke pelosok cibenda (sekitar 20km ke arah batu karas) untuk mengumpulkan tukang dan laden. Namun kerja keras saya belum membuahkan hasil, 3 minggu awal pembangunan hanya dilaksanakan oleh pegawai setia saya bernama Arip, yang sudah sejak saya kecil ikut membangun hampir semua properti milik keluarga.


Bersyukur saya punya dia, selama 3 minggu awal saya berada di pangandaran, dari pkl 6 pagi, hingga 10 malam dia (berbaju merah) bekerja membangun Puri Argenia demi membantu saya mengejar target. Baginya membangun properti keluarga saya, sama saja dengan membangun rumahnya sendiri. jd dia tidak lagi berhitung soal jam kerja, niatnya hanya ingin membantu saya juga tergerak melihat saya yang katanya bekerja sangat keras. Thanks Rip, i owe you a lot!

Sebulan pun berlalu, barulah tukang dari pangandaran beserta ladennya datang 2 pasang. Mendapat armada bantuan, Puri Argenia pun terus tergarap. Setelah "bongkar pasang personil" yang sangking seringnya udah kayak personil band. Akhirnya di bulan ke 3 barulah saya memiliki personil tetap berjumlah 20 orang terdiri dari 10 orang tukang, 10 orang laden dengan cerita yang cukup unik.

Ceritanya begini...keluarga ayah saya ternyata adalah pewaris tanah yang luasnya 10% dari peta desa cibenda, sebuah desa berlokasi kurang lebih 20km dr Pangandaran. Dengan luasnya yang melebihi 45 hektar dengan pemilik 9 bersaudara, membuat tanah seluas ini tidak mungkin diurus masing2 pemiliknya. Ditunjuklah Om Alan, anak bungsu dari salah satu klan yang bertugas merawat tanah milik bersama. Trus apa maksudnya cerita begini? Mau nyombong?? Eits! Jangan salah paham, bukan itu maksudnya, tapi memang cerita ini ada kaitannya dengan asal usul 20 pasang tukang yang saya mau ceritakan. 

Nah kembali lagi ke cerita. Tentunya dengan tanah perkebunan dan sawah seluas itu, keluarga kami punya karyawan penggarap yang jumlahnya puluhan, bahkan mendekati ratusan dan ternyata mereka sudah menjadi penggarap secara turun temurun sejak jaman leluhur keluarga kami. Kurang lebih kesetiaan mereka sudah seperti abdi dalem keraton yang tidak mau mengabdi selain kepada keluarga kami. Percaya atau tidak di desa masih ada yg seperti ini.

Mendengar anak dari kakak tertua keluarga (ayah saya memang anak tertua yg mewaris) ada yang sedang membangun dan terlihat kesulitan, mereka meninggalkan pekerjaan mereka dan berbondong2 dengan sepeda maupun motor datang ke Puri Argenia, untuk membantu saya. Dan terus terang ini adalah salah satu momen mengharukan buat saya. Dimana saya telah mencapai titik nadir namun Tuhan menyadarkan saya dengan caraNYA yang indah. Saya jadi sadar betapa saya lupa bersyukur, karena tidak pernah mau tahu soal tanah lah, penggarap lah, luasnya atau apapun yang berkaitan dengan aset ayah saya, padahal saya adalah pewarisnya. Saya merasa sombong karena menurut saya hal ini tidak penting karena hidup di kota. Luar biasanya lagi, meski saya sudah lupa dengan para penggarap, ternyata mereka sama sekali tidak lupa dengan saya. Mereka mengenal saya ketika kecil dan menghormati saya begitu rupa, subhanallaah... Dari sinilah akhirnya saya mendapatkan apa yang saya cari. Satu hal lagi yang mau saya bagi, jangan pernah lupa bersyukur, karena tidak jarang yang kita butuhkan sudah ada di sekitar kita, hanya kita tidak mampu melihatnya karena lupa bersyukur atas apa yang kita punya.

Kendala Kedua:
Meski mereka berniatnya adalah membantu, tapi bukan berarti saya tidak menggaji mereka. Walaupun mereka menggunakan kata "teu langkung Aden" yang artinya terserah, sebagai nilai pengganti lelah mereka. Setelah berkonsultasi dengan Om Alan, akhirnya saya memberikan nominal sesuai standar upah tukang dan laden di Pangandaran. Meski begitu masalah baru muncul...Karena terbiasa bekerja di desa, jam istirahat mereka luar biasa banyak! 

Bayangkan saja, mereka masuk jam 8, lalu bekerja sampai jam 9 kemudian berhenti setengah jam untuk sarapan dan merokok, setelah itu mereka bekerja lagi sampai pukul 12 lalu berhenti untuk makan siang hingga pukul 1. Pada pukul 1-2 mereka bekerja lagi, lalu mereka berhenti pada pukul 2.30 hingga pukul 3 untuk istiraha ngopi+merokok. Pukul 3 bekerja lagi hingga pukul 4 itupun 15 menit sebelum pulang mereka sudah berhenti bekerja untuk beres2. Total mereka bekerja hanya 5 jam sehari, belum termasuk istirahat2 kecil yang mereka buat sendiri.

Melihat kondisi ini, saya tidak mungkin membiarkannya, apalagi dalam kondisi dikejar target lebaran saat itu. Akhirnya pada suatu hari, saya kumpulkan mereka untuk membuat suatu kesepakatan. Gaji mereka saya naikan, namun dengan kompensasi jam istirahat hanya 1 kali yakni 12-1 siang ditambah suplemen makanan/minuman pada pukul dua siang. Bagi yg tidak sanggup, boleh pulang dan kembali menggarap tanah keluarga. Luar biasanya tidak ada yang mundur, jawaban mereka semua tetap sama  "teu langkung, kumaha Aden". Ok, rapat pun bubar semua kembali ke pos-nya masing2 dan mulai hari itu, semua diberi target harian yang berlaku sistem reward and punishment yang disepakati bersama. Beruntung mereka semua bersemangat, dan bersaing sehat untuk saling beradu cepat menyelesaikan target demi bonus yang menanti.

Kendala Ketiga: 
Kendala kali ini adalah musuh paling besar semua kontraktor, yakni "harga". Tidak pernah berkecimpung dalam dunia properti bikin saya buta sama sekali soal harga, sedangkan efisiensi baru akan tercapai bila kita mendapat harga termurah. Bagaimana cara mendapat harga termurah? Ya tau harga pasar. Setelah konsultasi dengan beberapa teman dan googling, akhirnya saya menemukan harga pasar yang saya butuhkan dan mulai mencari toko material yang bisa memberi saya harga terendah. Tak kenal maka tak sayang berlaku dimana2, termasuk dalam hal nyari toko material yang bisa diajak kerjasama. Kekeluargaan masih jadi kultur utama dalam berbisnis di indonesia. Perlu pendekatan khas indonesia dimana sebungkus rokok bisa jadi pengikat tali silaturahmi. Bukan rahasia umum bahwa rokok selain sebagai pemuas dahaga bagi penikmatnya, rokok juga menjadi tanda bahwa "saya ingin bersahabat" dengan anda, maupun sebagai penghormatan kepada seseorang. Malah memberi sebungkus rokok dan segelas kopi hitam dirasa lebih memuliakan penerimanya ketimbang uang asli sebagai pengganti lelah, meski nilainya lebih besar sedikit. Hal ini tentunya akan menyulitkan bagi pengusaha di daerah yang tidak merokok.

Setelah lobi sana sini, akhirnya dua toko material terbesar di Pangandaran dan satu toko keramik yang juga terbesar di kota Banjar, bersedia memberikan harga terendah hanya untuk barang berkualitas tertinggi di tiap jenisnya, untuk Puri Argenia. Thank GOD!

Sebenarnya masih banyak kendala lain, tapi rasanya terlalu banyak untuk diceritakan disini, namun satu hal yang pasti, selama kita terus mencoba dan tidak berhenti berusaha, maka selalu ada jalan. Meski kemungkinannya hanya 0.01% itu tetap kemungkinan kan? Jadi, jangan berhenti berusaha sampai titik akhir. Kita boleh berprediksi, tapi tetap Tuhanlah yang menentukan segalanya selaku "dalang" di kehidupan ini, tugas kita sebagai "wayang" hanyalah menjalankannya. 

Buat yang mau memulai usaha, jangan ragu, jangan berhenti meski sepertinya akan gagal. Karena terkadang solusinya baru akan kita temukan setelah kita berbenturan dengan masalah itu. Segitu dulu kali ya buat postingan kali ini, buat kendala keempat dan selanjutnya, lalu kenapa target pembangunan sampe molor hingga 3 bulan, dan bagaimana saya dapat tambahan modal? ceritanya ada di postingan selanjutnya.

See you. On the next post!

Selasa, 29 Oktober 2013

The Chronicle of Me and Puri Argenia *part 2* (Jangan Takut Memulai)

The Beginning of Puri Argenia 1

Setelah saya pulang dari Jakarta ke kota kembang Bandung, bayangan main bersama teman2 yang sudah lama tidak bertemu bikin saya sumringah sendiri. Gimana ga? Setelah 4 bulan dan jarak pulang hanya 3 minggu sekali bikin saya hampir lost contact dengan mereka semua. Gak heran setelah sampai di bdg saya menjadi liar (kudaa kalee ah...) rencana liburan 2 minggu sebelum memulai pembangunan Puri Argenia di Pangandaran, saya manfaatkan dengan sangat baik. Dengan cara main tiap hari dari pagi sampe pagi lagi! Badan rasanya kayak udah minum obat kuat dosis tinggi, karena ga ada capeknya! Riding, touring, nongkrong sampe jalan ama gebetan #eeh semua dijalanin tiap hari. Tapi ya itulah nikmatnya melepas penat dari keterikatan waktu, kadang kalau boleh milih, lebih baik ga punya duit daripada ga punya waktu. Duit bisa dicari, nah kalau waktu? Ga mungkin bisa dibeli berapapun kita bisa bayar!

Biar judulnya maen, tapi saya nyempetin sedikit2 belajar tentang bisnis hotel dan property bareng temen2 yang kompeten di bidangnya, karena dibalut suasana nongkrong enaknya ilmu dari mereka bisa keserap dengan baik. Saya belajar gimana bikin konstruksi yang baik, menghitung BEP, sampai menganalisis masalah yang mungkin muncul di kemudian hari. Lucunya saya memulai ini semua dengan pengetahuan "nol". Internet, iPad dan tidak malu untuk bertanya adalah sebaik2nya guru bagi saya. Setelah banyak ngobrol akhirnya saya memulai "bekerja" di minggu kedua dengan perencanaan. 

Meski tidak ada modal, tapi saya teringat dengan kata2 Penjelajah Dunia dengan motor Kang Jefrey J. Polnaja. Beliau adalah seorang biker motor besar yang mendedikasikan dirinya berkeliling dunia sendirian dengan motor, demi mempromosikan betapa indah dan damainya Indonesia. Pada suatu hari dia pernah berpesan secara pribadi kepada saya..

"Kang! Enak ya bisi keliling dunia pake BMW GS? saya mah boro2 keliling dunia, motornya aja gak kebeli hahahaha"

"eeh siapa bilang saya bisa dengan mudah dapet motor itu? sama saya juga, untuk bisa membeli satu unit motornya aja, impian mustahil bagi saya....tapi saya gak pernah berhenti bermimpi walau saya juga gak tau darimana saya bisa beli tu motor..."

"tapi minimal ada jalannya kan Kang?"

"Oiya jelas itu, tapi jalan itu terbentuk setelah kita punya mimpi. Dengan adanya mimpi dan target, alam bawah sadar kita akan otomatis mengejar mimpi dan target itu, meskipun saat bermimpi rasanya tidak mungkin mencapai mimpi itu...intinya jangan takut bermimpi Geu, bermimpilah, setelah ada mimpinya, baru setting target realistis, dengan sendirinya nanti akan terwujud...

Kata2 terakhir itu begitu berkesan dan membekas pada diri saya, sampai sekarang alhamdulillah sudah ada beberapa mimpi saya yang terwujud sesuai target walaupun mimpi kecil2an. Berbekal pengalaman tsb, akhirnya saya bermimpi bahwa suatu saat Puri Argenia ini akan menjadi besar dan memiliki banyak cabang usaha hanya dalam hitungan tahun. Mungkin banyak orang berpikir bahwa mimpi saya ini terlalu cepat dan waktunya ga realistis. Perusahaanya aja belom jadi udah mikir mau bikin usaha lagi. Tapi ya itu tadi alam bawah sadar akan menggerakan fisik kita untuk mencapai tujuan itu, saat saya menulis artikel ini (selasa 29 okt 2013) Puri Argenia 1 sudah hampir selesai dan pada januari saya bersiap membangun Puri Argenia 2 (kostel) di bandung. Padahal saya memulai semua ini pada bulan juli 2013 lalu.

Jadi kembali mimpi, saya memiliki mimpi yang saya wujudkan dalam bentuk master plan. Seperti yang udah dibahas di postingan saya sebelumnya, dalam kolom jenis usaha saya tulis "guest house, kostel, shuttle" kan? Nah penjabarannya adalah begini. Guest house itu diwakili oleh Puri Argenia 1 yang berlokasi di Pangandaran yang sebentar lagi akan selesai dan siap di booking #promosicolongan

Lalu untuk kostel, saya akan menyulap rumah yang saya tinggali di bandung menjadi sebuah Kostel, kos2an berfasilitas hotel, kenapa? Karena ternyata di daerah rumah saya (bdg atas) dekat dengan kampus2. Ga heran banyak yg kerumah nanya apakah rumah saya ini adalah rumah kos atau bukan? Ternyata setelah diselidiki, tetangga2 saya sudah menjadikan sebagian rumahnya sebagai rumah kos. Waw prospektif sekali pikir saya, kenapa saya tidak membuat kostel? Kenapa kostel? Karena saya mencari ceruk pasar yang berbeda dengan yang sudah ada, yakni mahasiswa yg mencari kenyamanan lebih dalam sebuah rumah kos. Dia ingin dilayani secara professional seperti menginap di hotel, namun dengan sistem sewa kos. Ceruk pasar yang ingin saya garap. 

Selanjutnya untuk shuttle, saya terinspirasi dengan layanan shuttle bandung-pangandaran yang sudah terlebih dahulu dirintis oleh orang lain di pangandaran. Berlatar belakang kekecewaan atas pelayanan mereka dan pemahaman saya akan dunia otomotif, saya jadi berpikir untuk membuat sebuah travel-shuttle bdg-pangandaran yg professional, ramah dan dengan unit yang relatif lebih nyaman dari yang mereka pakai. 

Memang semua dilakukan secara bertahap, tapi kenapa saya bisa begitu berani dan yakin semua ini akan berhasil atau minimal laku? Tanpa bermaksud sombong atau apapun, saya memang punya bakat jualan, dan latar belakang saya di dunia promosi melalui media nyata maupun maya cukup kuat, karena pekerjaan saya dulu menuntut saya untuk bisa berpromosi menarik pelanggan yg dalam hal ini adalah pendengar dan pemasang iklan. Meski begitu namanya juga usaha, semuanya tidak ada jaminan sukses, yang bisa kita lakukan hanya mencoba dan berusaha. Lalu berdoa mudah2an kuat menerima kenyataan kalau amit2 ternyata hasilnya pahit.

Setelah master plan ada, hati saya pun telah mantap untuk memulai semua. Setelah belanja belanji sedikit kebutuhan pembangunan di Ac* dan B* Home akhirnya saya berangkat ke pangandaran bermodal tekad, nekat, dan modal dalam arti sebenarnya bersama 2 orang tukang bangunan setia saya sebagai pegawai pertama dan ketika sampai disana, inilah yang saya hadapi...







*langsung tepok jidat* mau mulai dari mana dulu ya? 

See you on the next post....


Senin, 28 Oktober 2013

The Chronicle of Me and Puri Argenia Inc. *part 1* (bosan jadi pegawai #ceritanya)

Seperti yg udah diceritakan di postingan sebelumnya yg berjudul "This is Me", meski berada di dunia kerja yang amat menyenangkan (di media) namun tetap saja titik jenuh tetap ada. Apalagi makin kesini ga bisa dipungkiri kalau angka kebutuhan pokok dan yang tidak pokok tapi di pokok2in makin meningkat, alias makin mahal. Seperti nongkrong ngopi2 cantik minggu, touring tiap bulan dan modif motor/mobil jadi kebutuhan pokok saat ini. #gaulgela

Keadaan ini membuat saya harus putar otak, meski banyak yang bilang saya masih muda dan belum menikah (walaupun temen2 dah pada nikah) tapi saya masih normal #gagalfokus 

Ehm... Maksudnya muda dan single bukan berarti bikin kita ga boleh sukses kan? Setiap orang punya hak buat sukses dan sumpahnya punya duit sendiri dan gak berkekurangan itu sangat nikmat loh! #yaiyalah,  apalagi buat orang tukang nongkrong kayak saya, dimana ongkos nongkrong makin mahal sekarang ini. Kemudian saat itu tepatnya pada hari minggu (ku tidak turut ayah ke kota) saya mulai berpikir bahwa saya musti punya pekerjaan yang flexible secara waktu tapi besar secara finansial....jawabannya apa? Mana ada?! tukang tambal ban aja, jaman sekarang super sibuk, ya ga?

Satu2nya jawaban ya usaha, tapi usaha apa saya belum tahu...satu2nya usaha saya yg bener2 established dan sudah berjalan selama ini adalah usaha menyewa2kan villa di Pangandaran yang sudah saya rintis sejak 2004. Meskipun hasilnya "do re mi" tapi lumayan buat tambah2 pemasukan keluarga. Hingga suatu saat saya heran kenapa pegawai saya kok masih belum aja ngirim laporan keuangan, ngasih kabar juga ga...waktu itu saya masih kerja di salah satu raksasa media di Jakarta. Saya coba telepon, setelah beberapa kali telepon dan saya tegur untuk segera memberi laporan keuangan bulan itu, akhirnya saya dikejutkan dengan fakta bahwa profit bulan ini mengalami depresiasi sampe 50%! Jedang banget gak tuh?! Setelah diselidiki, ternyata banyak yang "ga bener" setelah pengurusan villa saya serahkan kepada anak Almarhum penjaga villa saya yang lama. Saya pikir selama ini dia belajar, ternyata tidak..

Berbekal kondisi tsb, ditambah rongrongan orangtua yg tidak tahan saya berada di luar kota, ditambah keinginan untuk sukses, ditambah keinginan untuk mencari pengalaman baru (yap! Saya pengen tau banget orangnya), ditambah....pokoknya banyak banget deh tambahannya. Akhirnya saya memutuskan resign jadi eksmud wannabe dan lebih memilih jadi anak pantai... 

Hal pertama yang saya buat adalah master plan, namanya otodidak, tau bener tau gak, cuma saya sebut aja ini sebagai masterplan:

Nama Perusahaan: Puri Argenia Inc.
Bidang pekerjaan: Guest House, Kostel, Shuttle
Modal awal: 50jt (hasil jual mobil, gadein motor, dan sedikit tabungan kawin yang ga jadi)

Kenapa namanya Puri Argenia, Argenia itu diambil dari nama saya dan kakak, Argeu dan Kania. Kenapa guest house? Karena bikin hotel belom sanggup di modal. Kenapa kostel? Karena buat di lokasi yg akan dibangun kostel nantinya lebih prospektif buat jadi kos2an berfasilitas hotel ketimbang yg lain2. Kenapa Shuttle? Karena sy mengerti otomotif dan dengan adanya dua cabang properti rasanya transportasi akan diperlukan para penghuninya nanti. Ceruk pasar ini yg saya ambil. Modalnya 50jt? Iya adanya buat sementara cuma segitu...yg penting jalan aja dulu, saya yakin Tuhan tidak akan menyulitkan umatnya yg mau berusaha, yang terpenting kemauan dulu. Baru jalan akan mengikuti. 

Singkat cerita, setelah resign dari kerjaan yang saya pikir, saya ini gak ada bagus2nya. Saya dikejutkan dengan undangan via outlook dari bos saya bahwa ada undangan farewell party karena saya mau resign. What?! Saya yg mau resign kok malah dipesta-in? Malu bgt! Karena saya dikenal paling banyak nanya, dan saya ga mau nanya lagi karena ini hari terakhir saya, akhirnya saya diam dan manut2 aja diajak ke Restoran Swiss Bernama Marche di Grand Indonesia jkt pusat.

Setelah pesen lamb chop dan juice buah naga campur apa lupa, sampai lah kita di acara inti. Saya ditodong untuk melakukan opening speech, such an honor for me! Yaudah, dengan sedikit canggung dan bingung mau ngomong apa sangking malunya. Akhirnya saya bilang alasan saya resign, berikut kesan luar biasa dan berbagai pelajaran sangat berharga yang saya dapat selama bekerja disana. Gak disangka mereka merasa kehilangan saya (sempet terharu asli). Disana saya dikasih tau apa kelebihan saya, dibalik galaknya Mba Evi dan Metta ternyata tersimpan sedikit pujian dari kinerja saya. Mulai dari pencapaian saya saat berhasil meraih reach twitter tertinggi di acara Sabotase bersama Geisha di I-Radio, semangat pantang menyerah biar dimarahin berkali2, kemampuan mengorganisir iklan2 Hard Rock Fm jkt yg bejibun, sampai tulisan2 saya di Website Hard Rock fm dan I-Radio yg kata Mba Evi ngangenin. Thanks guys! Kalian membuat saya merasa berharga! Ditambah baliknya dianterin Mba Evi sampe shuttle travel di hotel Kartika Chandra, kapan lagi dianterin atasan coba?






Sepanjang perjalanan jakarta-bandung yg sepi karena waktu saat itu menunjukan pukul 1 pagi, membuat saya berpikir. Betapa mudahnya Tuhan membolak-balikan hidup seseorang. Dari seorang pegawai menjadi seorang pemberi gaji. Dari meminta jadi memberi, dari bersama jadi sendiri. Dari jakarta lompat ke pangandaran hanya dalam hitungan bulan. Apapun bisa terjadi atas kehendakNYA, begitu banyak yang terjadi di 2013 ini dan saya banyak belajar. Postingan kali ini mau saya tutup dengan sebuah quote dari Pramoedya Ananta Toer: 

"Berbahagialan dia yg makan dari keringatnya sendiri, bersuka karena usahanya sendiri, dan maju karena pengalamannya sendiri"


See you on the next post...Thanks Mba Evi, Metta, Sabrina, 'Cici' Nesya, Imy dan my roomate Febryarta yg ngakunya masih normal hehe...kalian luar biasa Digitalnya! 





Minggu, 27 Oktober 2013

Peugeot? Why not?

Udah ga laku, boros, gampang panas, rewel,  apa bagusnya sih ni mobil?? 

Itu kata beberapa orang soal mobil eropa terutama Peugeot yang kasian kalau disebutin namanya disini hehehe....karena saya yakin dalam hati kecilnya mereka juga mau nyobain pake ni mobil. Tulisan ini sebenarnya adalah sambungan dari postingan yg berjudul "otomotif dan saya, satu paket yg tidak bisa dipisahkan" 

Berawal dari hobi motor yang mulai memasuki titik jenuh dan udah bisa cari duit sendiri kala itu, akhirnya saya memutuskan sudah saatnya saya punya mobil dari hasil keringat saya sendiri. Namanya jg baru awal2 kerja ya budget juga pas2an bgt, malah mungkin bisa dianggap "mission impossible" bagi beberapa orang....apakah itu? 

Punya mobil dengan budget 10jt...

What??? Mobil apaan?? Gerobak?? Believe it or not, dengan budget segitu, kita bisa punya mobil eropa super nyaman berperforma tinggi namun irit bahan bakar. Bahkan kita tidak perlu khawatir menyimpannya di luar dalam keadaan tidak terkunci sekalipun! *resiko buat si malingnya ga sepadan kali ya..*

mobil apakah itu? Jawabannya adalah Peugeot 505! 



Yaa, berbekal racun dari seorang teman bernama Dali Lukman yg akrab dipanggil Ka'dal. Saya akhirnya mendapatkan mobil pertama saya. Setelah puasa dan menabung selama 1 tahun, akhirnya mobil ini berhasil saya beli dari seorang karyawan PT.INTI seharga 10jt800rb yang juga ternyata anggota Peugeot Club Bandung. Inilah Peugeot 505 GR tahun 1983 berkapasitas 2000cc douvrin engine dengan transmisi manual 4 percepatan! Bensinnya? Irit bgt! Buat cc 2000 mobil ini hanya cukup menenggak 1liter premium untuk 11km bahkan untuk luar kota bisa sampai 15km!


Namanya juga mobil tua, perbaikan pastinya diperlukan perbaikan disana sini buat tampil sempurna. Meski begitu mobil ini buat saya cukup luar biasa. Di usianya yg tak lagi muda, mesin masih dalam kondisi prima, hanya perlu mengganti ring piston yg belum terlalu aus. Larinya bisa mencapai 140kph tanpa getar dan limbung, bahkan piranti power steering, central lock, dan AC adalah piranti standar yang masih berfungsi dalam kondisi prima. Meski begitu untuk menyempurnakan kondisinya, sy merogoh kocek 1jt saja itupun sudah mencakup perbaikan kaki2 depan. Pajak kendaraanya pun hanya 300rb/tahun, Sempurna banget buat karyawan pas2an kayak saya waktu itu hehe... Spare part dan bengkelnya pun tak sulit ditemui, lebih dari 3 bengkel dan 5 toko sparepart khusus Peugeot ada di bandung.

Karena bentuk mobilnya aneh dan terbilang langka, orang kantor jadi banyak yang bertanya pada saya, salah satunya adalah Ale Aulia a.k.a Ale Bonus (skr) penyiar saya di kala itu. Mendengar cerita saya, rupanya dia antusias sekali untuk memiliki Peugeot 505 seperti saya. Beberapa kali mobil saya ditawar, dan hampir tiap pagi pasti dia kebawah (ke parkiran) hanya untuk minta ditemani melihat mobil saya. Waktu itu saya tidak mau jual, orang lagi enak2nya dipake hehe...

Namun suatu peristiwa membuat saya akhirnya harus melepas mobil ini. Hubungan saya dengan pasangan yang sudah saya anggap sebagai calon istri harus gagal ditengah jalan. saya tidak tahu penyebabnya apa, Apakah karena ia kecewa dengan saya, hasutan orang lain, atau mungkin saya dianggap tidak punya masa depan. tapi yang jelas setelah semalam saya menjemput ia dari kosan temannya, ia memutuskan saya via bbm dengan alasan "jenuh". Sakit memang terlebih setiap hari setelah itu, bau parfum dia masih melekat di mobil saya. 

Setelah kejadian itu, akhirnya saya menghubungi Ale agar ia segera mengambil mobil saya dengan "mahar" 13jt saja. Pada suatu pagi, mobil itupun berpindah ke tangan Ale Aulia sang vokalis Bonus Band. (digambar bawah, Ale yg berbaju putih)


Namanya orang galau cari kerjaan, daripada ngerusak diri, akhirnya saya memilih menyibukkan diri dengan "cari2 masalah" yakni membangun sebuah mobil eropa! Satu hal yang banyak dihindari orang karena ngeri dengan biayanya. Untungnya waktu itu bisnis dagang airsoftgun saya lagi laris, makanya saya memberanikan diri membeli sebuah (lagi2) Peugeot 505 GR yg sudah dimodifikasi bodinya menjadi tipe GTi dengan kondisi "apa adanya" alias bahan.


Percaya atau tidak, mobil cantik ini sudah berada di bawah pohon rindang itu (lihat gambar) selama hampir 1 tahun, walaupun pengakuan pemiliknya sih baru 3 bulan. Begitu distarter, dari kolong mobil keluar tikus. Di pinggiran pintu terlihat rombongan semut sedang "migrasi" keluar sarangnya karena tahu mobil ini akan berpindah tangan. Ac tidak dingin dan kabinnya bau apek, ban botak dan benjol, beberapa velg bahkan ada yang peyang. Dashboard banyak yg retak dan mesin karbunya gak komplit.  (anehnya masih bisa jalan dari ujung berung sampe gegerkalong trus ke bengkel besoknya walaupun akhirnya mogok beberapa meter dari bengkel)

Dengan serangkaian "PR" itu akhirnya saya memperbaikinya di 3 bengkel di kota bandung, dengan merogoh kocek sangat dalam yg sudah tidak tahu berapa jumlahnya. Akhirnya mobil ini dilepas ke salah satu rekan di pemerintahan dengan harga 16jt saja dengan sejumlah PR yg sudah dijelaskan ke pembeli beserta bengkelnya. Anehnya meski baru di dunia mobil eropa, orangnya gak percayaan. Satu rekomendasipun dari saya tidak digunakan dan beberapa bulan kemudian ngeluh mobilnya banyak PR lalu minta bantuin jualin lagi, orang yg aneh..tapi sudahlah..

Pengalaman terbaik saya jatuh pada 505 yang satu ini. Peugeot 505 GTi AT ex Kedubes Perancis berkapasitas 2200cc mobil yg ternyata built up ini dilengkapi fitur ABS dan limited slip differential (LSD) yg bikin mobil super stabil pada kecepatan super juga. Bayangin aja, mobil taun 88 ini masih sanggup lari sampai 180kph di tol yang terkenal jelek jalannya yakni tol Palilkanci tanpa merasakan limbung atau ngeri. LSD-nya bikin mobil ini aman berbelok tajam pada kecepatan 120kph di pantura, luar biasa! AC, central lock, power window, cd changer, electric mirror udah jadi piranti standar. Mobil ini saya beli seharga 15jt karena yang jualnya butuh cepat buat modal kawin, meski dengan segambreng PR hehe..





Meski begitu, konsumsi bahan bakarnya yang gak ketahan bikin saya lama2 mikir juga buat ganti ke unit yang "waras" minum bensinnya. Akhirnya setelah merogoh kocek sampai 10jt, mobil ini berhasil saya jual ke seorang kolektor di jakarta. Dia terkesan sama sejarah mobil ini sebagai gantinya saya kembali ke 505 GR manual 4 speed tahun 82 namun dengan kondisi nyaris sempurna.



Mobil ini adalah seri Peugeot terakhir yang saya miliki, karena setelah ini mobil ini berpindah tangan ke Om saya karena tuntutan pekerjaan yang bikin mobil ga keurus. Mobil ini menjadi saksi bisu bagaimana saya berubah dari seorang laki2 ke seorang pria dengan beban tanggung jawab yang tidak sedikit. Mobil yg sudah biasa dibawa ke Pangandaran, jakarta dan semarang ini juga menjadi saksi bisu betapa saya (sorry to say) dibuang dan dilupakan oleh teman2 "satu genk" yang saya kira satu hati. Jangankan ada jasa yang diingat, wajah baik saya pun tidak terlihat lagi. Akhirnya dengan kemantapan hati dan semangat perubahan besar dalam hidup saya. Akhirnya saya memutuskan meninggalkan semuanya. Meski mereka tidak pernah menganggap begitu.

Satu hal yang mau saya bagi..

Mobilmu bukanlah hanya alat transportasimu, tapi ia juga adalah teman setia sekaligus saksi bisu perjalanan hidupmu. Rawat dan jagalah ia, agar ia bisa menemanimu kapanpun kau butuhkan.

So long my brother laGRande, be a good boy always...










Me and Harley Davidson..



Harusnya sih saya lanjutin postingan yag sebelumnya, tapi berhubung postingannya masih perlu banyak editan, jadi ini dulu yg dimunculin..mudah2an bermanfaat...

Harley Davidson... 

Sebuah merk motor besar Amerika yang menawarkan prestise dan sensasi tersendiri saat mengendarainya. Beruntung, paman saya ada yg punya kemampuan memiliki hobi ini. 

Karirnya yg gemilang membuat beliau bisa memilki hobi yang budget minimalnya berada di 3 digit nominal rupiah negara ini. Berkat kerja keras juga, beliau bersama kolega dan anak2nya bisa memiliki usaha rumah modifikasi Harley Davidson ternama di kota kembang di bilangan Setrasari.

Tidak tanggung2, total ada 4 unit Harley Davidson berbagai seri terbaru ada di garasi rumahnya. Beruntung jg bagi saya, Om tidak melarang keponakan2nya "mencicipi" motor Amerika miliknya kapan saja kita mau, udah kayak motor sendiri aja. Dua unit yg pernah sy cicipi adalah Fatboy special edition 2012 dan Forty Eight 2013. Masing2 memiliki kapasitas mesin 2 silinder 1600 dan 1200cc. Besar memang, tidak heran kalau kita tidak kuat2 memegang setang ketika berakselerasi, jatuh terjengkang adalah harga yg harus dibayar.

Walaupun begitu yg mau saya ceritakan disini bukanlah spesifikasi teknis atau bagaimana sensasinya.


Trus mau ngomongin apa? Yang mau saya omongin adalah soal image "arogan" yang sering disematkan orang2 pada pengendara Harley Davidson atau moge2 lainnya. Sebelum membahas itu sebenarnya ada satu hal yang perlu di jawab, "jalan itu punya siapa sih?" pasti jawaban kita, milik bersama. Jelas laaah..masa punya mbahmu hehehe.. Nah kalau sudah ada kesepahaman, sy punya sebuah pertanyaan yg mungkin bisa memberi solusi yg sama2 enak.

"jika 1 mobil / satu motor, tidak mau memberi jalan kepada orang lain, padahal yang minta jalan sudah memberi sinyal meminta jalan kepada orang itu dengan klakson atau bebunyian lain...maka dalam hal ini siapa yang arogan?"

Jangan dulu mengcounter atau marah2 dulu ya, apalagi buat yang kontra banget sama club motor. Coba dipikir dulu apa jawabannya......

Setelah itu coba jujur, pernah ga belaga gak mau tau atau bahkan ngehalang2in iring2an atau konvoi club motor apalagi motor besar, karena merasa "ah siapa elo?! Emang lo yg punya jalan?!" trus seketika setir sedikit2 dikekanan-in biar yang dibelakang kesel kehalangan. Kalau iya, coba baca lagi kalimat yg dicetak miring diatas, trus jawab pertanyaanya dengan jujur.

Yup, bisa jadi kita yang arogan loh! Bukan mereka, jalan kan punya bersama, biar bagaimana mereka juga punya hak jalan dan hak selamat saat melakukan konvoi/riding, karena resiko mereka lebih besar ketimbang kita. Lalu kenapa pengendara Harley atau moge lain suka ngegas2 dan kebut2an? Ya itu karena karakter mesinnya yang bikin mereka harus seperti itu, Harley dan moge itu berat bgt loh, bisa sampe 400kg beratnya. mesinnya juga hanya beberapa sentimeter dari "si imin" kalau ga begitu cara pake-nya, mesin makin panas dan si imin makin mateng, makanya mereka rusuh.


Kebayang ga kalau kejadian kayak gambar diatas kita alami? Itu bisa terjadi gara2 satu mobil atau motor egois gak mau ngasih jalan. Mending kalau mereka jatoh ga ngelibatin kita yg ngalangin jalan, kalau kita jd kebawa2? Amit2 deh. Memang sih, bisa juga muncul bantahan "suruh siapa pake moge?" tapi bukan berarti kita boleh untuk merampas hak mereka untuk selamat kan? Kalau saya pribadi sih tiap ketemu begituan, kasih aja deeh, ga sampe berapa menit juga mereka berlalu dan kita bisa tetap melanjutkan perjalanan dengan riang gembira.

So, Pengendara Harley dan Moge Arogan? Think again....


Otomotif dan saya, satu paket yg tdk mungkin dipisahkan..





Otomotif....

kata2 ini selalu bikin saya melek, dan seringkali sukses bikin saya susah tidur berhari2. Kenapa? Karena memang ini hobi saya, malah lebih cocok disebut gila atau freak! Apapun yg berhubungan sama dunia otomotif, pasti saya mau tahu. Meski begitu saya gak begitu update sama race f1 atau moto gp walau nontonnya suka apalagi bareng2 cewe cantik #eeh...

Namanya hobi otomotif, gak lengkap kalau gak punya unitnya. Pertama kali terjun ke dunia otomotif sy diberi unit percobaan berupa kendaraan kinyis2 roda dua Suzuki Smash edisi pertama, 110cc 4tak bertenaga badak, cocok buat anak SMA labil saat itu. Sebenarnya saya udah dikasih 1 unit new Isuzu Panther karena orang tua ga setuju saya pake motor, klise lah yaa.. Tapi somehow saya bisa "ngerayu" ortu biar percaya bahwa saya gak kayak anak SMA di tayangan sinetron. 

Walau cuma setaun bareng. Ada kesan sendiri waktu saya pake motor ini, selain tenaga "badak"-nya bikin temen2 melongo, motor ini juga bikin saya ngerasain jadi "cover boy" dadakan karena jadi model iklan Suzuki Smash di koran, tv, dan majalah otomotif (tar kalau dah dibandung fotonya saya update)

Berhasil menjaga kepercayaan dengan cara ga pernah jatuh dari motor selama setahun, akhirnya saya dibelikan sebuah motor 4 tak yg konon terkencang pada jamannya. New Yamaha Scorpio G!  gimana ga kenceng, dengan bobot yg lebih ringan dari Honda Tiger, motor 1 silinder bercc 225 (lebih besar 25cc dr tiger) ini punya kemampuan standar 24 daya kuda! Terbesar di kelasnya! Ga heran topspeed 150kph bisa diraih dengan mudah. Gara2 ini jg saya pernah merasakan gimana rasanya jatuh pada kecepatan 120kph dan baik2 saja sampai saat ini.

Cukup lama saya pakai Scorpio G ini, sekitar 6 tahun, gak pernah mogok tetep enak dipake meski udah jatuh lebih dari 3 kali. Tahun ke 7 saya ganti Scorpio saya dengan Scorpio lagi tapi dengan tipe berbeda, Scorpio Z warna merah maroon. Meski sama 225cc dan lebih nyaman dibanding Scorpio G namun saya harus puas dengan unit baru ini yang hanya punya tenaga 18dk. Mungkin pertimbangan keselamatan dan "cost reduction" jadi alasan. Motor ini masih saya miliki hingga sekarang.

Mulai bisa cari duit sendiri, saya mulai melirik yg "lebih nyaman". Roda empat alias mobil jadi pilihan, karena racun dari salah seorang teman, akhirnya saya memilih sedan eropa...kenapa sedan eropa? Bukannya perawatannya mahal, boros, gampang panas, harga jual jatoh, dll? Tunggu postingan berikutnya...hehe

This is me...



Kata orang saya kuno, yang laen udah pada bosen ngeblog saya malah baru mulai...tapi biarin deh mending telat daripada ga nyoba kan?? Sebenernya sy udah mulai ngeblog dari 2008 tapi isinya dagangan melulu hehehe, sekarang mau nyoba nulis deh..

Kenalan dulu yuk..the name is Argeu Argadi. Alhamdulillah dah lulus kuliah hukum di pts favorit bdg UNPAR. Waktu masih kerja jd produser di salah satu radio swasta di bdg, sy dikasih sign call "Arj" sama penyiar saya yg juga punya sign call NengWind. Eeh ternyata itu keterusan sampe sekarang, makanya beberapa pendengar lama saya, suka manggil Arj.



Tapi kenapa dari hukum ke dunia radio? Itulah salah satu "keajaiban" hidup saya, sama sekali ga tau menahu dunia broadcast, hobi juga ga, cuma suka denger radio aja. Eeh malah kerja di radio, meski awalnya tertatih2 tp saya berhasil membuktikan kalau seseorang bisa melakukan apapun asal ia mau belajar.  Berawal dari iseng ngelamar kemana aja biar ga nganggur lama2 dan malu sama camer yg ternyata ga jadi juga, ga kerasa lebih dari 4 tahun saya kecanduan di dunia yg awalnya antah berantah buat saya ini.




Biarpun asik, tapi semua hal di dunia ini pasti menemukan titik jenuh. Itulah yang saya alami, 4 tahun jadi produser di bdg, dan ditarik jd (katanya) eksmud di salah satu raksasa media di jakarta. Saya menemukan titik jenuh. Jenuh gak ketahan sampe saya berpikir untuk "ngelabrak" si bos. Ditambah keadaan usaha lama saya yg ternyata mengalami penurunan profit dr tahun ke tahun gara2 gak diurus.

Akhirnya dengan satu keputusan mantap, sy memilih banting setir untuk kembali mengrus usaha yang udah lama saya tinggalin...satu hal yg mau saya bilang disini, jangan pernah tinggalkan apa yg pernah kamu rintis. Sehebat apapun orang lain mengurusnya, ia tetap akan kehilangan jiwanya dan bersiap untuk kehancuran. Cepat atau lambat... See you all on the next post :)